MAKALAH
PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN
( Implementsi Pendekatan Supervisi Pendidikan )
Mata kuliah : Supervisi Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing : Dr. H.M. Kusasi, M.Pd
Disusun oleh:
AKHMAD FARKHAN
NIM : 12.2.01.0098
PROGRAM PASCA SARJANA (PPS)
STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM (STAIN ) SAMARINDA
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur selalu terucap kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan kesempatan dalam menggali pengetahuan.
Tak lupa ucapan terima kasih terhatur kepada Dr. H.M. Kusasi, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Supervisi Pendidikan Agama Islam atas bimbingan dan transformasi ilmu mengenai supervisi pendidikan agama islam dalam perkuliahan pasca sarjana STAIN Samarinda.
Makalah ini membahas mengenai pendekatan-pendekatan dalam supervisi dan implementasinya, Pemakalah menyadari masih banyak sekali hal yang belum tercakup dalam pembahasan ini, baik mengenai detail pembahasan, kurangnya referensi, dan juga pengolahan pengetahuan yang kurang baik, sehingga menimbulkan bias ilmu yang juga kurang jelas
Oleh karena itu pemakalah sangat mengharap peran serta dari rekan-rekan sekalian untuk melengkapi, menyempurnakan ataupun kritikan demi lebih bermanfaatnya makalah ini
Akhir kata, saran dan kritik membangun sangat diharapkan guna memperluas dan menambah pemahaman serta memperdalam keilmuan kita khususnya dalam materi yang kita bahas dalam makalah ini
Semoga memberikan manfaat, Amin
Oktober, 2013
Akhmad Farkhan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan arus perkembangan tersebut. Lulusan suatu sekolah harus sesuai dengan tuntutan perkembangan yang ada. Personil sekolah yang memadai kemampuannya menjadi perhatian utama bagi setiap lembaga pendidikan. Diantara personil yang ada, guru merupakan jajaran terdepan dalam menentukan kualitas pendidikan. Guru setiap hari bertatap muka dengan siswa dalam proses pembelajaran. Karena itu guru yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh setiap sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah memerlukan pendidikan profesional dan sistematis dalam mencapai sasarannya. Efektivitas kegiatan kependidikan di suatu sekolah dipengaruhi banyaknya variabel (baik yang menyangkut aspek personal, operasional, maupun material) yang perlu mendapatkan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan. Proses pembinaan dan pengembangan keseluruhan situasi merupakan kajian supervisi pendidikan.
Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban membina kemampuan para guru. Dengan kata lain kepala sekolah hendaknya dapat melaksanakan supervisi secara efektif. Sementara ini pelaksanaan supervisi di sekolah seringkali masih bersifat umum. Aspek-aspek yang menjadi perhatian kurang jelas, sehingga pemberian umpan balik terlalu umum dan kurang mengarah ke aspek yang dibutuhkan guru. Sementara guru sendiripun kadang kurang memahami manfaat supervisi. Hal ini disebabkan tidak dilibatkannya guru dalam perencanaan pelaksanaan supervisi. Padahal proses pelaksanaan supervisi yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan memungkinkan guru mengetahui manfaat supervisi bagi dirinya. Supervisi merupakan pendekatan yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan. Supervisi merupakan jawaban yang tepat untuk mengatasi kekurangtepatan permasalahan yang berhubungan dengan guru pada umumnya. Kepala sekolah diharapkan memahami dan mampu melaksanakan supervisi karena keterlibatan guru sangat besar mulai dari tahap perencanaan sampai dengan analisis keberhasilannya. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas guru ialah melalui proses pembelajaran dan guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus agar dapat melaksanakan fungsinya secara profesional (Sahertian, 2000:1). Pelaksanaan supervisi yang diasumsikan merupakan pelayanan pembinaan guru diharapkan dapat memajukan dan mengembangkan pengajaran agar guru dapat mengajar dengan baik dan berdampak pada belajar siswa. Supervisi berfungsi membantu guru dalam mempersiapkan pelajaran dengan mengkoordinasi teori dengan praktik. Pandangan guru terhadap supervisi cenderung negatif yang mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model pengawasan terhadap guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat. Hal ini dapat dipengaruhi sikap supervisor seperti bersikap otoriter, hanya mencari kesalahan guru, dan menganggap lebih dari guru karena jabatannya. Kasus guru senior cenderung menganggap supervisi merupakan kegiatan yang tidak perlu karena menganggap bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih. Self evaluation merupakan salah satu kunci pelayanan supervisi karena dengan self evaluation supervisor dan guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing sehingga dimungkinkan akan memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan tersebut secara terus menerus. Berdasarkan latar belakang di atas maka yang akan dikaji adalah tentang konsep supervisi, proses pelaksanaan supervisi, tujuan dan fungsi supervisi, dan teknik dan pendekatan dalam kegiatan supervisi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dalam menyusun makalah ini dapat mengambil beberapa rumusan masalah yang antara lain,
1. Apakah maksud dan tujuan dari supervisi?
2. Apakah fungsi dan tujuan supervisi?
3. Bagaimanakah pendekatan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan supervisi
4. Bagaimanakah langkah atau tahapan dalam pendekatan supervisi?
5. Bagaimanakah implementasi pendekatan tersebut di laksanakan?
C. MANFAAT DAN TUJUAN
Manfaat dan tujuan dalam penulisan makalah ini yang paling utama adalah mengembangkan pengetahuan dalam hal sistem informasi manajemen dalam lembaga pendidikan islam serta beberapa tujuan lain yang akan di capai antara lain:
1. Mengetahui maksud dan tujuan supervisi
2. Mengetahui fungsi supervisi
3. Mengetahui pendekatan-pendekata dalam supervisi
4. Mengetahui langkah dan tahapan dalam pelaksanaan pendekatan supervisi
5. Mengetahui cara dalam implementasi pendekatan supervisi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SUPERVISI[1]
Supervisi berasal dari kata supervision yang terdiri dari dua kata yaitu super yang berarti lebih dan vision yang berarti melihat atau meninjau.
Secara terminologis supervisi sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan pada guru. Sehingga supervisi secara etimologis mempunyai konsekuensi disamakannya pengertian supervisi dengan pengawasan dalam pengertian lama, berupa inspeksi sebagai kegiatan kontrol yang otoriter.
supervisi sebagai melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan (orang yang memiliki kelebihan) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan.
Inspeksi diartikan sebagai kegiatan menyelidiki kesalahan para bawahan (guru) dalam melaksanakan instruksi atau perintah serta peraturan dari atasannya.
Supervisi terutama sebagai bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah, dan pengawas serta supervisor lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Jika yang dimaksudkan supervisi adalah layanan profesional untuk meningkatkan proses dan hasil belajar, maka banyak pakar yang memberikan batasan supervisi sebagai bantuan kepada staff untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih baik .
Adams and Dickey[2] memberikan batasan sebagai perencanaan program perbaikan pembelajaran. Sementara itu Wiles[3] memberikan batasan supervisi yaitu supervision is service activity that exits to help teacher do their job better. Soetopo dan Soemanto[4] mengemukakan bahwa supervisi adalah segala usaha dari petugas sekolah dalam memimpin guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki pembelajaran yang mencakup menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru, merevisi tujuan pendidikan lembaga pendidikan, bahan, metode, dan evaluasi pembelajaran.
Wiles mengemukakan terdapat tiga aspek kegiatan supervisi yaitu aspek personil, aspek operasional, dan aspek material.
Aspek personil meliputi subjek yang terlibat dalam suatu situasi supervisi. Aspek operasional mencakup aktivitas individu dan kelompok yang terlibat dalam suatu situasi dengan mendayagunakan segala sumber yang ada baik human resource dan nonhuman resource guna mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang telah ditetapkan. Aspek material mencakup segala benda baik yang bersifat hardware maupun software yang didayagunakan untuk memperlancar proses pembelajaran. Adapun aspek supervisi terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Aspek Supervisi Pendidikan
No
Personil
Material
Operasional
1
Kepala sekolah
Kurikulum
Proses mengajar guru
2
Guru
Buku pelajaran
Proses belajar siswa
3
Karyawan
Computer
Proses administrasi
4
Pengawas
Sarana prasarana
Proses evaluasi
B. TUJUAN DAN FUNGSI SUPERVISI[5]
Pentingnya supervisi adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha supervisi profesional guru akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar.
Secara umum supervisi memiliki kegunaan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik , melalui usaha peningkatan profesional mengajar, menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri.
Supervisi bertujuan sebagai berikut:
1. Memperbaiki proses belajar mengajar,
2. Perbaikan melalui supervisi professional dan dilakukan oleh supervisor,
3. Sasaran supervisi tersebut adalah guru, atau orang lain yang ada kaitannya atau dalam rangka memberikan layanan supervisi kepada guru,
5. Secara jangka panjang maksud supervisi tersebut adalah memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan.
Berdasarkan tujuan-tujuan supervisi berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasikan semua usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru, Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan fungsi supervisi adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi terhadap guru-guru dalam wujud layanan profesional.
C. TEKNIK DAN PENDEKATAN SUPERVISI[6]
Pendekatan supervisi adalah (1) Pendekatan langsung (direktif)
(2) Pendekatan tidak langsung (Non-Direktif) (3) Pendekatan Kolaboratif (4) pendekatan humanistic, (5) pendekatan kompetensi, (6) pendekatan klinis dan (7) pendekatan professional.
Seorang guru yang mendapat layanan supervisi akan mengalami proses belajar. Ia akan melakukan dari pengalaman mengajarnya dan dengan bantuan supervisor berusaha untuk memperbaiki prilaku mengajarnya. Dengan demikian, teknik supervisi yang dipakai untuk membantu guru harus didasarkan kepada teori dan prinsip belajar. Pengetahuan tentang teori belajar ini dapat diperoleh dari disiplin ilmu psikologi belajar. Di bawah ini diuraikan satu persatu pendekatan dan teknik dalam supervisi yang didasarkan atas aliran – aliran psikologi yang menjelaskan tentang proses belajar.
1. Pendekatan langsung (direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme.
Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respon terhadap rangsangan / stimulus. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti : menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, menguatkan.
2. Pendekatan tidak langsung (Non-Direktif)
Yang dimaksud pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif berdasarkan pemahaman terhadap psikologi humanistik.
Psikologi Humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalah, Supervisor mencoba mendengarkan, memahami apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah seperti: mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, memecahkan masalah.
3. Pendekatan Kolaboratif
Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama sepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi Kognitif.
Psikologi Kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor dalam pendekatan kolaboratif seperti: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, negosiasi.
4. Pendekatan Humanistik[7]
Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai sebagai alat semata- mata untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Guru bukan masukan mekanistik dalam proses pembinaan, dan tidak sama dengan masukan sistem lain yang bersifat kebendaan.
Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan secara terus menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk mengikuti pola perkembangan itu. belajar harus dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang diambil secara nyata.
Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang menggunakan humanistik tidak mempunyai format yang standar, tetapi tergantung pada kebutuhan guru. Mungkin ia hanya melakukan observai tanpa melakukan analisis dan interpretasi, mungkin ia hanya mendengar tanpa membuat observasi atau mengatur penataan dengan atau tanpa memberi sumber dan bahan belajar yang diminta guru. Jika tahapan supervisi dibagi menjadi tiga bagian yaitu pembicaraan awal, observasi,analisis ,dan interpretasi serta pembicaraan akhir, maka bias di gambarkan tahapan implementasinya dilakukan dengan :
1. Pembicaraan awal.
Dalam pembicaraan awal, supervisor memancing apakah dalam mengajar guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru tidak minta dibantu, maka proses supervisi akan berhenti. Ini disebut dengan titik lanjutan atau berhenti (go or no point)
2. Observasi.
Jika guru perlu bantuan, supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam observasi kelas, supervisor masuk kelas dan duduk dibelakang tanpa mengambil catatan. Ia hanya mengamati kegiatan kelas.
3. Analisis dan interpretasi.
Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali ke kantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Jika menurut supervisor, guru telah menemukan jawaban maka supervisor tidak akan memberikan nasihat kalau tidak diminta. Apabila diminta nasehat oleh guru, supervisor hanya melukiskan keadaan kelas tanpa memberikan penilaian. Kemudian menanyakan apakah yang dapat dilakukan oleh guru tersebut untuk memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya supervisor akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba cara lain yang kiranya tepat dalam upaya mengawasi kesulitannya.
4. Pembicaraan akhir.
Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode ini guru dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir ini, supervisor berusaha membicarakan apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada pertanyaan dan menanyakan kalau – kalau guru perlu bantuan lagi.
5. Laporan.
Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasarkan judgment supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah atau atas kepala sekolah (kakandep), untuk bahan perbaikan selanjutnya
5. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugasnya. Pendekatan kompetensi di dasarkan atas asumsi bahwa tujuan supervisi adalah membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Guru tidak memenuhi kompetensi itu dianggap tidak akan produktif. Tugas supervisor adalah menciptakan lingkungan yang sangat terstruktur sehingga secara bertahap guru dapat menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar. Situasi yang terstruktur ini antara lain meliputi adanya:
1. definisi tentang tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan untuk tiap kegiatan ,
2. penilaian kemampuan dasar guru dengan segala pirantinya,
3. program supervisi yang dilakukan dengan segala rencana terinci dengan pelaksanaannya dan
4. monitoring kemajuan guru dan penilaian untuk mengetahui apakah program itu berhasil atau tidak.
Teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut :
1) Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikendaki. Misalnya kompetensi untuk mengajarkan sejarah dapat diuraikan kedalam kompetensi yang lebih rinci seperti kompetensi dalam membuat persiapan mengajar dengan memakai lebih dari satu sumber keterampilan mengelola kelas dimana digunakan metode diskusi atau keterampilan evaluasi tentang reaksi siswa dalam belajar sejarah dan sebagainya.
2) Pengetahuan ini dipakai untuk menentukan target supervisi yang akan datang.
3) Menetapkan target unjuk kerja. Dari komponen dan analisis kemampuan, supervisor dan guru menentukan target yang akan dicapai.
4) Menentukan aktifitas unjuk kerja. Misalnya, apabila tujuan supervisi itu adalah untuk mengubah aspek prilaku guru, maka harus dinyatakan secara jelas perubahan apa yang dikehendakinya dan kegiatan apa yang digunakan untuk mencapai perubahan itu. Dalam kegiatan ini, harus jelas jenis, jadwal, dan sumber yang perlu digunakan.
5) Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja. Dalam memonitoring ini supervisor mengumpulan dan mengelola data menjadi informasi tentang seberapa jauh pencapaian target yang telah disetujui.
6) Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring. Menilai berarti manafsirkan informasi yang telah diperoleh untuk menetapkan sampai dimana target yang telah ditetapkan tercapai. Dalam hal ini perlu dilakukan penilaian diri sendiri oleh guru dan kemudian dibandingkan dengan penilaian supervisor terhadap unjuk kerja guru.
7) Pembicaraan akhir. Pembicaraan ini menyangkut diskusi secara intensif tentang pencapaian target, supervisor harus memusatkan perhatiannya untuk membantu guru melihat secara positif hasil penilaian itu. Dalam pembicaraan akhir ini harus dirumuskan tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk meningkatkan unjuk kerja yang menjadi tanggung jawab guru.
Instrumen supervisi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah format – format yang berisi :
a. tujuan supervisi
b. target yang akan dicapai
c. tugas supervisor dan guru untuk memperbaiki unjuk kerja guru
d. kriteria pencapaian target
e. pengumpulan data monitoring
f. evaluasi dan tindak lanjut .
Analisis dilakukan secara bersama – sama (kolaboratif) antara supervisor dan guru, sehingga dicapai kesepakatan tentang status kompetensi guru setelah pelaksanaan supervisi. Kesepakatan ini dilakukan melalui pembicaraan akhir.
6. Pendekatan Klinis
Asumsi dasar pendekatan ini adalah proses belajar guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru tersebut. Belajar bersifat individual. Oleh karena itu, proses sosialisasi harus dilakukan dengan membantu guru secara tatap muka dan individual. Pendekatan ini mengkombinasikan target yang terstruktur dan pengembangan pribadi.
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan ada yang hubungannya dengan itu. Pembicaraan itu bertujuan untuk membantu. Pengembangan profesional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi. Anderson dan Krajewski mengemukakan sembilan karateristik supervisi klinis, yaitu:
a) Merupakan teknologi dalam memperbaiki pengajaran
b) Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran
c) Berorientasi kepada tujuan, mengkombinasikan tujuan sekolah, dan mengembangkan kebutuhan pribadi.
d) Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor.
e) Memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian, dukungan dan komitmen untuk berkembang.
f) Suatu usaha yang sistematik namun memerlukan keluwesan dan perubahan metologi yang terus menerus.
g) Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan antara keadaan real dan ideal.
h) Mengasumsikan bahwa supervisor mengetahui lebih banyak dibandingkan dengan guru.
i) Memerlukan latihan untuk supervisor.
Sasaran supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan bukan perbaikan kepribadian guru. Untuk ini supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai keterampilan pada guru yang meliputi antara lain:
a) keterampilan mengamati dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran secara analistis,
b) keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti – bukti pengamatan yang jelas dan tepat .
c) keterampilan dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan, serta percobaan dan
d) keterampilan dalam mengajar.
Seperti yang telah disebutkan sasaran supervisi klinis adalah perbaikan cara mengajar dan bukan pengubahan kepribadian guru. Biasanya sasaran ini dioperasikan dalam sasaran – sasaran yang lebih kecil, yaitu bagian keterampilan mengajar yang bersifat spesifik, yang mempunyai arti sangat penting dalam proses mengajar. Analisis konstruktif dilakukan untuk dapat secara tepat memberi penguatan (reinforcement) kepada pola tingkah laku yang berhasil, dan mengarahkan serta tidak mencela atau menghukum pola – pola tingkah laku yang belum sukses.
Dalam supervisi klinis, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan masalah pengajaran di kelas. Sasaran supervisi klinis seringkali dipusatkan pada :
(a) kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas menhgajar,
(b) keterapilan – keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar (generic skill) yang meliputi :
(a) keterampilan dalam menggunakan variasi dalam mengajar dan menggunakan stimulasi,
(b) keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar serta ,
(c) keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas.
Terdapat lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis yaitu :
(a) pembicaraan pra- observasi
(b) melaksanakan observasi
(c) melakukan analisis dan penentu strategi
(d) melakukan pembicaraan tentang hasil supervisi, serta
(e) melakukan analisis setelah pembicaraan
7. Pendekatan Profesional
Menunjuk pada fungsi utama guru yang melaksanakan pengajaran secara profesional. Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa karena tugas utama profesi guru itu adalah mengajar maka sasaran supervisi juga harus mengarahkan pada hal – hal yang menyangkut tugas mengajar itu, dan bukan tugas guru yang bersifat administratif.
Di bawah ini dikemukakan teknik supervisi profesional sebagai berikut ini :
(1) Penataran yang diberikan kepada guru harus diberikan bersama dengan kepala sekolah (dan pengawas). Sekolah yang diberi penataran langsung disebut sekolah inti, dan sekolah yang mendapat penataran dari sekolah inti disebut sekolah imbas. Isi penataran bersama ini meliputi :
(a) metode umum tentang pemanfaatan waktu belajar, perbedaan individual siswa, belajar aktif, belajar kelompok, teknik bertanya dan umpan balik,
(b) metode khusus IPA,matematika, IPS, dan bahasa,
(c) pengalaman lapangan para penatar dalam menerapkan metode umum dan metode khusus serta
(d) pembinaan profesional.
(2) Penggugusan merupakan teknik pembinaan di dalam masing – masing sekolah maupun di dalam kelompok sekolah yang berdekatan.
KKG, KKKS, KKPS, dan PKG dipergunakan sebagai wadah pengorganisasian dan pembinaan guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah untuk melakukan kegiatan peningkatan kualitas pengajaran.
KKG singkatan dari Kelompok Kerja Guru , berfungsi sebagai wadah untuk melakukan berbagai kegiatan penunjang , kegiatan belajar mengajar, antara lain merencanakan strategi belajar mengajar, membuat alat pengajaran, membuat lembar kerja/lembar tugas, dan mendiskusikan masalah – masalah yang dijumpai di kelas masing – masing guru.
KKKS singkatan dari Kelompok Kerja Kepala Sekolah, berfungsi sebagai wadah koordinasi dalam upaya pembinaan mata pelajaran, proses belajar mengajar, dan hal – hal lain yang berkenaan dengan pengelolaan sekolah umumnya dan pembinaan profesional khususnya.
KKPS singkatan dari Kelompok Kerja Pengawas Sekolah, berfungsi sebagai wadah diskusi, tukar menukar informasi dan pengalaman, mencari dan menemukan alternatif penyelesaian masalah yang dijumpai di sekolah, serta menetapkan keseragaman tindakan dalam pembinaan.
PKG singkatan dari Pusat Kegiatan Guru. Jika KKG, KKKS, dan KKPS menunjukan pada kegiatan maka PKG merupakan tempat berlangsungnya KKG, KKKS, Maupun KKPS.
D. Implementasi Supervisi Pendidikan[8]
Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan. Tim Pakar Manajemen Pendidikan secara umum menjelaskan proses pelaksanaan supervisi dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu; perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Perencanaan Kegiatan, perencanaan mengacu pada kegiatan identifikasi permasalahan. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan supervisi adalah
a) mengumpulkan data melalui kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat staf,
b) mengolah data dengan melakukan koreksi kebenaran terhadap data yang dikumpulkan,
c) mengklasifikasi data sesuai dengan bidang permasalahan,
d) menarik kesimpulan tentang permasalahan sasaran sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
e) menetapkan teknik yang tepat digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan profesionalisme guru.
2. Pelaksanaan Kegiatan, pelaksanaan merupakan kegiatan nyata yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan guru. Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan pemberian bantuan dari supervisor kepada guru agar pelaksanaan dapat efetif harus sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan terlaksananya teknik supervisi melainkan ada follow up untuk melihat keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan supervisi.
3. Evaluasi Kegiatan, evaluasi merupakan kegiatan untuk menelaah keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan supervisi. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif. Sasaran evaluasi supervisi ditujukan kepada semua orang yang terlibat dalam proses pelaksanaan supervisi. Hasil dari evaluasi supervisi akan dijadikan pedoman untuk menyusun program perencanan berikutnya. Soetopo dan Soemanto mengemukakan evaluasi berpedoman pada tujuan yang telah ditetapkan dan tujuan supervisi dirumuskan sesuai dengan corak dan tujuan sekolah. Prosedur supervisi menempuh tiga langkah, yaitu; pertemuan pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan. Di bawah ini diuraikan tentang tiga langkah tersebut.
(1) Tahap Pertemuan Pendahuluan
Supervisi dilaksanakan atas dasar kebutuhan guru, bukan kebutuhan kepala sekolah atau supervisor. Untuk itu pada tahap pertemuan pendahuluan kepala sekolah (supervisor) membicarakan kemampuan mengajar yang ingin ditingkatkan oleh guru, ditentukan aspek-aspeknya, kemudian disepakati bersama oleh guru dan supervisor. Pelaksanaan supervisi pada tahap pendahuluan ini membutuhkan kiat supervisor dalam menciptakan suasana yang menyenangkan, suasana kekeluargaan, kesejawatan, dan kehangatan.
Guru tidak merasa takut atau tertekan sehingga guru mau dan berani mengungkapkan permasalahan dan kebutuhan dalam mengajar di kelas. Kalau guru belum berani mengungkapkan permasalahan mengajar yang dihadapinya, maka supervisor diharapkan mampu memancing pembicaraan guru dengan pertanyaan yang baik. Demikian seterusnya sampai terjadi komunikasi yang baik antara supervisor dan guru. Kalau guru sudah mengungkapkan apa yang ingin dikembangkan atau kemampuan apa yang ingin ditingkatkan maka disepakati bersama menjadi semacam kontrak antara guru dan supervisor. Kontrak inilah yang menjadi pusat perhatian dalam tahap observasi kelas dan pertemuan balikan.
Kegiatan di dalam tahap pendahuluan yaitu: Supervisor menciptakan suasana intim dan terbuka, mereview rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, yang mencakup tujuan pembelajaran, bahan, kegiatan belajar mengajar, serta alat evaluasi, mereview komponen ketrampilan yang akan dicapai oleh guru dalam kegiatan belajar mengaja. Supervisor bersama guru memilih dan mengembangkan instrumen observasi yang akan digunakan dan mendiskusikan instrumen tersebut termasuk tentang cara penggunaannya, serta data yang akan dijaring. Hasilnya berupa kontrak yang disepakati bersama.
(2) Tahap Observasi Kelas (Observasi Guru yang sedang Mengajar)
Observasi kelas sangat perlu dilakukan oleh supervisor. Neagley dan Evan mengemukakan bahwa observasi dan kunjungan kelas yang diikuti dengan conference (pre dan post) adalah tulang punggung supervisi. Pada tahap ini guru mengajar di kelas dengan menerapkan komponen-komponen keterampilan yang telah disepakati pada pertemuan pendahuluan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan observasi ini yaitu:
· Catatan observasi harus lengkap, supaya analisisnya tepat,
· objek observasi harus terfokus pada aspek ketrampilan tertentu, selain rekaman observasi, dalam hal tertentu supervisor perlu membuat komentar-komentar yang letaknya terpisah dengan hasil rekamaan observasi, kalau ada kata-kata guru yang mengganggu proses belajar mengajar juga perlu dicatat oleh supervisor,
· supervisor hendaknya berusaha agar selama observasi guru tidak gelisah tetapi berpenampilan secara wajar.
(3) Tahap Pertemuan Balikan Secara rinci kegiatan supervisor dan guru dapat ditelaah pada paparan berikut ini:
· Supervisor memberi penguatan serta mewujudkan perasaan guru secara umum selama mengajar. Hal ini untuk menciptakan suasana akrab dalam pertemuan balikan,
· mereview tujuan pembelajaran, mereview tingkat ketrampilan serta perhatian utama guru dalam mengajar, supervisor menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan perhatian utama. Pertanyaan diawali dengan hal-hal yang menyenangkan guru karena keberhasilannya, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang dianggapkan kurang berhasil, menunjukkan data hasil observasi yang telah dianalisis dan diinterpretasi awal oleh supervisor,
· memberi waktu guru untuk menganalisis dan menginterpretasikannya, secara bersama-sama, menanyakan kembali perasaan guru tentang hasil analisis dan interpretasinya, menanyakan perasaan guru tentang melihat keinginan yang sebenarnya dicapai, menyimpulkan hasil dengan melihat keinginan yang sebenarnya dicapai
· menentukan bersama rencana mengajar yang akan datang baik berupa dorongan untuk meningkatkan hal-hal yang belum dikuasai pada tahap sebelumnya (proses belajar mengajar yang telah dilakukan) maupun ketrampilan-ketrampilan yang perlu disempurnakan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas bisa kami simpulkan beberapa kesimpulan, Supervisi merupakan bantuan dalam wujud layanan profesional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli dalam rangka peningkatan kemampuan profesional, terutama dalam proses belajar mengajar. Adapun tujuan supervisi adalah terbaikinya proses belajar mengajar, yang didalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan, dan arahan. Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan. Prosedur supervisi juga dapat dilaksanakan dengan proses yaitu pertemuan pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan. Pelaksanaannya supervisi pengajaran berkembang melalui pendekatan-pendekatan yang memiliki pijakan ilmu tertentu. Pendekatan yang dimaksud yaitu ilmiah, artistik, dan klinik serta pendekatan yang bertitik tolak pada psikologi belajar, yaitu psikologi humanistik, kognitif, dan behavioral.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Drs. Piet A.Sahertian, konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2008)
Adams,HF, dan dickey FG, basic principle of supervision, new York : American book company, 1959
John Thomas Lovell, Kimball Wiles, supervision for better schools,prentice-hall,1983
Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty, Kepemimpinan dan supervisi pendidikan, Jakarta : bina aksara ,cet 2 1988.
http://yulianti200784.blogspot.com/2009/06/teknik-dan-pendekatan-supervisi.html
http://borneoneo.wordpress.com/2008/09/16/tujuan-dan-fungsi-supervisi/
http://tikky-suwantikno.blogspot.com/2008/02/supervisi-pendidikan.html
http://imamgun08.blogspot.com/2009/02/tinjauan-kegunaan-supervisi-pendidikan.html
[1] Prof.Drs. Piet A.Sahertian, konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2008), hal. 16
[2] Adams,HF, dan dickey FG, basic principle of supervision, new York : American book company, 1959, hal 2
[3] John Thomas Lovell, Kimball Wiles, supervision for better schools,prentice-hall,1983, hal 19
[4] Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty, Kepemimpinan dan supervisi pendidikan, Jakarta : bina aksara ,cet 2 1988, hal. 15
[5] Prof.Drs. Piet A.Sahertian, konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2008), hal. 19-21
[6] Prof.Drs. Piet A.Sahertian, konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2008), hal. 44-52
[7] http://yulianti200784.blogspot.com/2009/06/teknik-dan-pendekatan-supervisi.html, 17 oct 2013, 12:09 wita
[8] Prof.Drs. Piet A.Sahertian, konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2008), hal. 130
PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN
( Implementsi Pendekatan Supervisi Pendidikan )
Mata kuliah : Supervisi Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing : Dr. H.M. Kusasi, M.Pd
Disusun oleh:
AKHMAD FARKHAN
NIM : 12.2.01.0098
PROGRAM PASCA SARJANA (PPS)
STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM (STAIN ) SAMARINDA
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur selalu terucap kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan kesempatan dalam menggali pengetahuan.
Tak lupa ucapan terima kasih terhatur kepada Dr. H.M. Kusasi, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Supervisi Pendidikan Agama Islam atas bimbingan dan transformasi ilmu mengenai supervisi pendidikan agama islam dalam perkuliahan pasca sarjana STAIN Samarinda.
Makalah ini membahas mengenai pendekatan-pendekatan dalam supervisi dan implementasinya, Pemakalah menyadari masih banyak sekali hal yang belum tercakup dalam pembahasan ini, baik mengenai detail pembahasan, kurangnya referensi, dan juga pengolahan pengetahuan yang kurang baik, sehingga menimbulkan bias ilmu yang juga kurang jelas
Oleh karena itu pemakalah sangat mengharap peran serta dari rekan-rekan sekalian untuk melengkapi, menyempurnakan ataupun kritikan demi lebih bermanfaatnya makalah ini
Akhir kata, saran dan kritik membangun sangat diharapkan guna memperluas dan menambah pemahaman serta memperdalam keilmuan kita khususnya dalam materi yang kita bahas dalam makalah ini
Semoga memberikan manfaat, Amin
Oktober, 2013
Akhmad Farkhan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan arus perkembangan tersebut. Lulusan suatu sekolah harus sesuai dengan tuntutan perkembangan yang ada. Personil sekolah yang memadai kemampuannya menjadi perhatian utama bagi setiap lembaga pendidikan. Diantara personil yang ada, guru merupakan jajaran terdepan dalam menentukan kualitas pendidikan. Guru setiap hari bertatap muka dengan siswa dalam proses pembelajaran. Karena itu guru yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh setiap sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah memerlukan pendidikan profesional dan sistematis dalam mencapai sasarannya. Efektivitas kegiatan kependidikan di suatu sekolah dipengaruhi banyaknya variabel (baik yang menyangkut aspek personal, operasional, maupun material) yang perlu mendapatkan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan. Proses pembinaan dan pengembangan keseluruhan situasi merupakan kajian supervisi pendidikan.
Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban membina kemampuan para guru. Dengan kata lain kepala sekolah hendaknya dapat melaksanakan supervisi secara efektif. Sementara ini pelaksanaan supervisi di sekolah seringkali masih bersifat umum. Aspek-aspek yang menjadi perhatian kurang jelas, sehingga pemberian umpan balik terlalu umum dan kurang mengarah ke aspek yang dibutuhkan guru. Sementara guru sendiripun kadang kurang memahami manfaat supervisi. Hal ini disebabkan tidak dilibatkannya guru dalam perencanaan pelaksanaan supervisi. Padahal proses pelaksanaan supervisi yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan memungkinkan guru mengetahui manfaat supervisi bagi dirinya. Supervisi merupakan pendekatan yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan. Supervisi merupakan jawaban yang tepat untuk mengatasi kekurangtepatan permasalahan yang berhubungan dengan guru pada umumnya. Kepala sekolah diharapkan memahami dan mampu melaksanakan supervisi karena keterlibatan guru sangat besar mulai dari tahap perencanaan sampai dengan analisis keberhasilannya. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas guru ialah melalui proses pembelajaran dan guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus agar dapat melaksanakan fungsinya secara profesional (Sahertian, 2000:1). Pelaksanaan supervisi yang diasumsikan merupakan pelayanan pembinaan guru diharapkan dapat memajukan dan mengembangkan pengajaran agar guru dapat mengajar dengan baik dan berdampak pada belajar siswa. Supervisi berfungsi membantu guru dalam mempersiapkan pelajaran dengan mengkoordinasi teori dengan praktik. Pandangan guru terhadap supervisi cenderung negatif yang mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model pengawasan terhadap guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat. Hal ini dapat dipengaruhi sikap supervisor seperti bersikap otoriter, hanya mencari kesalahan guru, dan menganggap lebih dari guru karena jabatannya. Kasus guru senior cenderung menganggap supervisi merupakan kegiatan yang tidak perlu karena menganggap bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih. Self evaluation merupakan salah satu kunci pelayanan supervisi karena dengan self evaluation supervisor dan guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing sehingga dimungkinkan akan memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan tersebut secara terus menerus. Berdasarkan latar belakang di atas maka yang akan dikaji adalah tentang konsep supervisi, proses pelaksanaan supervisi, tujuan dan fungsi supervisi, dan teknik dan pendekatan dalam kegiatan supervisi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dalam menyusun makalah ini dapat mengambil beberapa rumusan masalah yang antara lain,
1. Apakah maksud dan tujuan dari supervisi?
2. Apakah fungsi dan tujuan supervisi?
3. Bagaimanakah pendekatan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan supervisi
4. Bagaimanakah langkah atau tahapan dalam pendekatan supervisi?
5. Bagaimanakah implementasi pendekatan tersebut di laksanakan?
C. MANFAAT DAN TUJUAN
Manfaat dan tujuan dalam penulisan makalah ini yang paling utama adalah mengembangkan pengetahuan dalam hal sistem informasi manajemen dalam lembaga pendidikan islam serta beberapa tujuan lain yang akan di capai antara lain:
1. Mengetahui maksud dan tujuan supervisi
2. Mengetahui fungsi supervisi
3. Mengetahui pendekatan-pendekata dalam supervisi
4. Mengetahui langkah dan tahapan dalam pelaksanaan pendekatan supervisi
5. Mengetahui cara dalam implementasi pendekatan supervisi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SUPERVISI[1]
Supervisi berasal dari kata supervision yang terdiri dari dua kata yaitu super yang berarti lebih dan vision yang berarti melihat atau meninjau.
Secara terminologis supervisi sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan pada guru. Sehingga supervisi secara etimologis mempunyai konsekuensi disamakannya pengertian supervisi dengan pengawasan dalam pengertian lama, berupa inspeksi sebagai kegiatan kontrol yang otoriter.
supervisi sebagai melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan (orang yang memiliki kelebihan) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan.
Inspeksi diartikan sebagai kegiatan menyelidiki kesalahan para bawahan (guru) dalam melaksanakan instruksi atau perintah serta peraturan dari atasannya.
Supervisi terutama sebagai bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah, dan pengawas serta supervisor lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Jika yang dimaksudkan supervisi adalah layanan profesional untuk meningkatkan proses dan hasil belajar, maka banyak pakar yang memberikan batasan supervisi sebagai bantuan kepada staff untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih baik .
Adams and Dickey[2] memberikan batasan sebagai perencanaan program perbaikan pembelajaran. Sementara itu Wiles[3] memberikan batasan supervisi yaitu supervision is service activity that exits to help teacher do their job better. Soetopo dan Soemanto[4] mengemukakan bahwa supervisi adalah segala usaha dari petugas sekolah dalam memimpin guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki pembelajaran yang mencakup menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru, merevisi tujuan pendidikan lembaga pendidikan, bahan, metode, dan evaluasi pembelajaran.
Wiles mengemukakan terdapat tiga aspek kegiatan supervisi yaitu aspek personil, aspek operasional, dan aspek material.
Aspek personil meliputi subjek yang terlibat dalam suatu situasi supervisi. Aspek operasional mencakup aktivitas individu dan kelompok yang terlibat dalam suatu situasi dengan mendayagunakan segala sumber yang ada baik human resource dan nonhuman resource guna mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang telah ditetapkan. Aspek material mencakup segala benda baik yang bersifat hardware maupun software yang didayagunakan untuk memperlancar proses pembelajaran. Adapun aspek supervisi terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Aspek Supervisi Pendidikan
No
Personil
Material
Operasional
1
Kepala sekolah
Kurikulum
Proses mengajar guru
2
Guru
Buku pelajaran
Proses belajar siswa
3
Karyawan
Computer
Proses administrasi
4
Pengawas
Sarana prasarana
Proses evaluasi
B. TUJUAN DAN FUNGSI SUPERVISI[5]
Pentingnya supervisi adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha supervisi profesional guru akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar.
Secara umum supervisi memiliki kegunaan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik , melalui usaha peningkatan profesional mengajar, menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri.
Supervisi bertujuan sebagai berikut:
1. Memperbaiki proses belajar mengajar,
2. Perbaikan melalui supervisi professional dan dilakukan oleh supervisor,
3. Sasaran supervisi tersebut adalah guru, atau orang lain yang ada kaitannya atau dalam rangka memberikan layanan supervisi kepada guru,
5. Secara jangka panjang maksud supervisi tersebut adalah memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan.
Berdasarkan tujuan-tujuan supervisi berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasikan semua usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru, Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan fungsi supervisi adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi terhadap guru-guru dalam wujud layanan profesional.
C. TEKNIK DAN PENDEKATAN SUPERVISI[6]
Pendekatan supervisi adalah (1) Pendekatan langsung (direktif)
(2) Pendekatan tidak langsung (Non-Direktif) (3) Pendekatan Kolaboratif (4) pendekatan humanistic, (5) pendekatan kompetensi, (6) pendekatan klinis dan (7) pendekatan professional.
Seorang guru yang mendapat layanan supervisi akan mengalami proses belajar. Ia akan melakukan dari pengalaman mengajarnya dan dengan bantuan supervisor berusaha untuk memperbaiki prilaku mengajarnya. Dengan demikian, teknik supervisi yang dipakai untuk membantu guru harus didasarkan kepada teori dan prinsip belajar. Pengetahuan tentang teori belajar ini dapat diperoleh dari disiplin ilmu psikologi belajar. Di bawah ini diuraikan satu persatu pendekatan dan teknik dalam supervisi yang didasarkan atas aliran – aliran psikologi yang menjelaskan tentang proses belajar.
1. Pendekatan langsung (direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme.
Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respon terhadap rangsangan / stimulus. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti : menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, menguatkan.
2. Pendekatan tidak langsung (Non-Direktif)
Yang dimaksud pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif berdasarkan pemahaman terhadap psikologi humanistik.
Psikologi Humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalah, Supervisor mencoba mendengarkan, memahami apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah seperti: mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, memecahkan masalah.
3. Pendekatan Kolaboratif
Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama sepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi Kognitif.
Psikologi Kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor dalam pendekatan kolaboratif seperti: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, negosiasi.
4. Pendekatan Humanistik[7]
Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai sebagai alat semata- mata untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Guru bukan masukan mekanistik dalam proses pembinaan, dan tidak sama dengan masukan sistem lain yang bersifat kebendaan.
Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan secara terus menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk mengikuti pola perkembangan itu. belajar harus dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang diambil secara nyata.
Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang menggunakan humanistik tidak mempunyai format yang standar, tetapi tergantung pada kebutuhan guru. Mungkin ia hanya melakukan observai tanpa melakukan analisis dan interpretasi, mungkin ia hanya mendengar tanpa membuat observasi atau mengatur penataan dengan atau tanpa memberi sumber dan bahan belajar yang diminta guru. Jika tahapan supervisi dibagi menjadi tiga bagian yaitu pembicaraan awal, observasi,analisis ,dan interpretasi serta pembicaraan akhir, maka bias di gambarkan tahapan implementasinya dilakukan dengan :
1. Pembicaraan awal.
Dalam pembicaraan awal, supervisor memancing apakah dalam mengajar guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru tidak minta dibantu, maka proses supervisi akan berhenti. Ini disebut dengan titik lanjutan atau berhenti (go or no point)
2. Observasi.
Jika guru perlu bantuan, supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam observasi kelas, supervisor masuk kelas dan duduk dibelakang tanpa mengambil catatan. Ia hanya mengamati kegiatan kelas.
3. Analisis dan interpretasi.
Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali ke kantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Jika menurut supervisor, guru telah menemukan jawaban maka supervisor tidak akan memberikan nasihat kalau tidak diminta. Apabila diminta nasehat oleh guru, supervisor hanya melukiskan keadaan kelas tanpa memberikan penilaian. Kemudian menanyakan apakah yang dapat dilakukan oleh guru tersebut untuk memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya supervisor akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba cara lain yang kiranya tepat dalam upaya mengawasi kesulitannya.
4. Pembicaraan akhir.
Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode ini guru dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir ini, supervisor berusaha membicarakan apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada pertanyaan dan menanyakan kalau – kalau guru perlu bantuan lagi.
5. Laporan.
Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasarkan judgment supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah atau atas kepala sekolah (kakandep), untuk bahan perbaikan selanjutnya
5. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugasnya. Pendekatan kompetensi di dasarkan atas asumsi bahwa tujuan supervisi adalah membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Guru tidak memenuhi kompetensi itu dianggap tidak akan produktif. Tugas supervisor adalah menciptakan lingkungan yang sangat terstruktur sehingga secara bertahap guru dapat menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar. Situasi yang terstruktur ini antara lain meliputi adanya:
1. definisi tentang tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan untuk tiap kegiatan ,
2. penilaian kemampuan dasar guru dengan segala pirantinya,
3. program supervisi yang dilakukan dengan segala rencana terinci dengan pelaksanaannya dan
4. monitoring kemajuan guru dan penilaian untuk mengetahui apakah program itu berhasil atau tidak.
Teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut :
1) Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikendaki. Misalnya kompetensi untuk mengajarkan sejarah dapat diuraikan kedalam kompetensi yang lebih rinci seperti kompetensi dalam membuat persiapan mengajar dengan memakai lebih dari satu sumber keterampilan mengelola kelas dimana digunakan metode diskusi atau keterampilan evaluasi tentang reaksi siswa dalam belajar sejarah dan sebagainya.
2) Pengetahuan ini dipakai untuk menentukan target supervisi yang akan datang.
3) Menetapkan target unjuk kerja. Dari komponen dan analisis kemampuan, supervisor dan guru menentukan target yang akan dicapai.
4) Menentukan aktifitas unjuk kerja. Misalnya, apabila tujuan supervisi itu adalah untuk mengubah aspek prilaku guru, maka harus dinyatakan secara jelas perubahan apa yang dikehendakinya dan kegiatan apa yang digunakan untuk mencapai perubahan itu. Dalam kegiatan ini, harus jelas jenis, jadwal, dan sumber yang perlu digunakan.
5) Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja. Dalam memonitoring ini supervisor mengumpulan dan mengelola data menjadi informasi tentang seberapa jauh pencapaian target yang telah disetujui.
6) Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring. Menilai berarti manafsirkan informasi yang telah diperoleh untuk menetapkan sampai dimana target yang telah ditetapkan tercapai. Dalam hal ini perlu dilakukan penilaian diri sendiri oleh guru dan kemudian dibandingkan dengan penilaian supervisor terhadap unjuk kerja guru.
7) Pembicaraan akhir. Pembicaraan ini menyangkut diskusi secara intensif tentang pencapaian target, supervisor harus memusatkan perhatiannya untuk membantu guru melihat secara positif hasil penilaian itu. Dalam pembicaraan akhir ini harus dirumuskan tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk meningkatkan unjuk kerja yang menjadi tanggung jawab guru.
Instrumen supervisi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah format – format yang berisi :
a. tujuan supervisi
b. target yang akan dicapai
c. tugas supervisor dan guru untuk memperbaiki unjuk kerja guru
d. kriteria pencapaian target
e. pengumpulan data monitoring
f. evaluasi dan tindak lanjut .
Analisis dilakukan secara bersama – sama (kolaboratif) antara supervisor dan guru, sehingga dicapai kesepakatan tentang status kompetensi guru setelah pelaksanaan supervisi. Kesepakatan ini dilakukan melalui pembicaraan akhir.
6. Pendekatan Klinis
Asumsi dasar pendekatan ini adalah proses belajar guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru tersebut. Belajar bersifat individual. Oleh karena itu, proses sosialisasi harus dilakukan dengan membantu guru secara tatap muka dan individual. Pendekatan ini mengkombinasikan target yang terstruktur dan pengembangan pribadi.
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan ada yang hubungannya dengan itu. Pembicaraan itu bertujuan untuk membantu. Pengembangan profesional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi. Anderson dan Krajewski mengemukakan sembilan karateristik supervisi klinis, yaitu:
a) Merupakan teknologi dalam memperbaiki pengajaran
b) Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran
c) Berorientasi kepada tujuan, mengkombinasikan tujuan sekolah, dan mengembangkan kebutuhan pribadi.
d) Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor.
e) Memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian, dukungan dan komitmen untuk berkembang.
f) Suatu usaha yang sistematik namun memerlukan keluwesan dan perubahan metologi yang terus menerus.
g) Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan antara keadaan real dan ideal.
h) Mengasumsikan bahwa supervisor mengetahui lebih banyak dibandingkan dengan guru.
i) Memerlukan latihan untuk supervisor.
Sasaran supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan bukan perbaikan kepribadian guru. Untuk ini supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai keterampilan pada guru yang meliputi antara lain:
a) keterampilan mengamati dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran secara analistis,
b) keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti – bukti pengamatan yang jelas dan tepat .
c) keterampilan dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan, serta percobaan dan
d) keterampilan dalam mengajar.
Seperti yang telah disebutkan sasaran supervisi klinis adalah perbaikan cara mengajar dan bukan pengubahan kepribadian guru. Biasanya sasaran ini dioperasikan dalam sasaran – sasaran yang lebih kecil, yaitu bagian keterampilan mengajar yang bersifat spesifik, yang mempunyai arti sangat penting dalam proses mengajar. Analisis konstruktif dilakukan untuk dapat secara tepat memberi penguatan (reinforcement) kepada pola tingkah laku yang berhasil, dan mengarahkan serta tidak mencela atau menghukum pola – pola tingkah laku yang belum sukses.
Dalam supervisi klinis, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan masalah pengajaran di kelas. Sasaran supervisi klinis seringkali dipusatkan pada :
(a) kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas menhgajar,
(b) keterapilan – keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar (generic skill) yang meliputi :
(a) keterampilan dalam menggunakan variasi dalam mengajar dan menggunakan stimulasi,
(b) keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar serta ,
(c) keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas.
Terdapat lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis yaitu :
(a) pembicaraan pra- observasi
(b) melaksanakan observasi
(c) melakukan analisis dan penentu strategi
(d) melakukan pembicaraan tentang hasil supervisi, serta
(e) melakukan analisis setelah pembicaraan
7. Pendekatan Profesional
Menunjuk pada fungsi utama guru yang melaksanakan pengajaran secara profesional. Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa karena tugas utama profesi guru itu adalah mengajar maka sasaran supervisi juga harus mengarahkan pada hal – hal yang menyangkut tugas mengajar itu, dan bukan tugas guru yang bersifat administratif.
Di bawah ini dikemukakan teknik supervisi profesional sebagai berikut ini :
(1) Penataran yang diberikan kepada guru harus diberikan bersama dengan kepala sekolah (dan pengawas). Sekolah yang diberi penataran langsung disebut sekolah inti, dan sekolah yang mendapat penataran dari sekolah inti disebut sekolah imbas. Isi penataran bersama ini meliputi :
(a) metode umum tentang pemanfaatan waktu belajar, perbedaan individual siswa, belajar aktif, belajar kelompok, teknik bertanya dan umpan balik,
(b) metode khusus IPA,matematika, IPS, dan bahasa,
(c) pengalaman lapangan para penatar dalam menerapkan metode umum dan metode khusus serta
(d) pembinaan profesional.
(2) Penggugusan merupakan teknik pembinaan di dalam masing – masing sekolah maupun di dalam kelompok sekolah yang berdekatan.
KKG, KKKS, KKPS, dan PKG dipergunakan sebagai wadah pengorganisasian dan pembinaan guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah untuk melakukan kegiatan peningkatan kualitas pengajaran.
KKG singkatan dari Kelompok Kerja Guru , berfungsi sebagai wadah untuk melakukan berbagai kegiatan penunjang , kegiatan belajar mengajar, antara lain merencanakan strategi belajar mengajar, membuat alat pengajaran, membuat lembar kerja/lembar tugas, dan mendiskusikan masalah – masalah yang dijumpai di kelas masing – masing guru.
KKKS singkatan dari Kelompok Kerja Kepala Sekolah, berfungsi sebagai wadah koordinasi dalam upaya pembinaan mata pelajaran, proses belajar mengajar, dan hal – hal lain yang berkenaan dengan pengelolaan sekolah umumnya dan pembinaan profesional khususnya.
KKPS singkatan dari Kelompok Kerja Pengawas Sekolah, berfungsi sebagai wadah diskusi, tukar menukar informasi dan pengalaman, mencari dan menemukan alternatif penyelesaian masalah yang dijumpai di sekolah, serta menetapkan keseragaman tindakan dalam pembinaan.
PKG singkatan dari Pusat Kegiatan Guru. Jika KKG, KKKS, dan KKPS menunjukan pada kegiatan maka PKG merupakan tempat berlangsungnya KKG, KKKS, Maupun KKPS.
D. Implementasi Supervisi Pendidikan[8]
Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan. Tim Pakar Manajemen Pendidikan secara umum menjelaskan proses pelaksanaan supervisi dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu; perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Perencanaan Kegiatan, perencanaan mengacu pada kegiatan identifikasi permasalahan. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan supervisi adalah
a) mengumpulkan data melalui kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat staf,
b) mengolah data dengan melakukan koreksi kebenaran terhadap data yang dikumpulkan,
c) mengklasifikasi data sesuai dengan bidang permasalahan,
d) menarik kesimpulan tentang permasalahan sasaran sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
e) menetapkan teknik yang tepat digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan profesionalisme guru.
2. Pelaksanaan Kegiatan, pelaksanaan merupakan kegiatan nyata yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan guru. Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan pemberian bantuan dari supervisor kepada guru agar pelaksanaan dapat efetif harus sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan terlaksananya teknik supervisi melainkan ada follow up untuk melihat keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan supervisi.
3. Evaluasi Kegiatan, evaluasi merupakan kegiatan untuk menelaah keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan supervisi. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif. Sasaran evaluasi supervisi ditujukan kepada semua orang yang terlibat dalam proses pelaksanaan supervisi. Hasil dari evaluasi supervisi akan dijadikan pedoman untuk menyusun program perencanan berikutnya. Soetopo dan Soemanto mengemukakan evaluasi berpedoman pada tujuan yang telah ditetapkan dan tujuan supervisi dirumuskan sesuai dengan corak dan tujuan sekolah. Prosedur supervisi menempuh tiga langkah, yaitu; pertemuan pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan. Di bawah ini diuraikan tentang tiga langkah tersebut.
(1) Tahap Pertemuan Pendahuluan
Supervisi dilaksanakan atas dasar kebutuhan guru, bukan kebutuhan kepala sekolah atau supervisor. Untuk itu pada tahap pertemuan pendahuluan kepala sekolah (supervisor) membicarakan kemampuan mengajar yang ingin ditingkatkan oleh guru, ditentukan aspek-aspeknya, kemudian disepakati bersama oleh guru dan supervisor. Pelaksanaan supervisi pada tahap pendahuluan ini membutuhkan kiat supervisor dalam menciptakan suasana yang menyenangkan, suasana kekeluargaan, kesejawatan, dan kehangatan.
Guru tidak merasa takut atau tertekan sehingga guru mau dan berani mengungkapkan permasalahan dan kebutuhan dalam mengajar di kelas. Kalau guru belum berani mengungkapkan permasalahan mengajar yang dihadapinya, maka supervisor diharapkan mampu memancing pembicaraan guru dengan pertanyaan yang baik. Demikian seterusnya sampai terjadi komunikasi yang baik antara supervisor dan guru. Kalau guru sudah mengungkapkan apa yang ingin dikembangkan atau kemampuan apa yang ingin ditingkatkan maka disepakati bersama menjadi semacam kontrak antara guru dan supervisor. Kontrak inilah yang menjadi pusat perhatian dalam tahap observasi kelas dan pertemuan balikan.
Kegiatan di dalam tahap pendahuluan yaitu: Supervisor menciptakan suasana intim dan terbuka, mereview rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, yang mencakup tujuan pembelajaran, bahan, kegiatan belajar mengajar, serta alat evaluasi, mereview komponen ketrampilan yang akan dicapai oleh guru dalam kegiatan belajar mengaja. Supervisor bersama guru memilih dan mengembangkan instrumen observasi yang akan digunakan dan mendiskusikan instrumen tersebut termasuk tentang cara penggunaannya, serta data yang akan dijaring. Hasilnya berupa kontrak yang disepakati bersama.
(2) Tahap Observasi Kelas (Observasi Guru yang sedang Mengajar)
Observasi kelas sangat perlu dilakukan oleh supervisor. Neagley dan Evan mengemukakan bahwa observasi dan kunjungan kelas yang diikuti dengan conference (pre dan post) adalah tulang punggung supervisi. Pada tahap ini guru mengajar di kelas dengan menerapkan komponen-komponen keterampilan yang telah disepakati pada pertemuan pendahuluan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan observasi ini yaitu:
· Catatan observasi harus lengkap, supaya analisisnya tepat,
· objek observasi harus terfokus pada aspek ketrampilan tertentu, selain rekaman observasi, dalam hal tertentu supervisor perlu membuat komentar-komentar yang letaknya terpisah dengan hasil rekamaan observasi, kalau ada kata-kata guru yang mengganggu proses belajar mengajar juga perlu dicatat oleh supervisor,
· supervisor hendaknya berusaha agar selama observasi guru tidak gelisah tetapi berpenampilan secara wajar.
(3) Tahap Pertemuan Balikan Secara rinci kegiatan supervisor dan guru dapat ditelaah pada paparan berikut ini:
· Supervisor memberi penguatan serta mewujudkan perasaan guru secara umum selama mengajar. Hal ini untuk menciptakan suasana akrab dalam pertemuan balikan,
· mereview tujuan pembelajaran, mereview tingkat ketrampilan serta perhatian utama guru dalam mengajar, supervisor menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan perhatian utama. Pertanyaan diawali dengan hal-hal yang menyenangkan guru karena keberhasilannya, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang dianggapkan kurang berhasil, menunjukkan data hasil observasi yang telah dianalisis dan diinterpretasi awal oleh supervisor,
· memberi waktu guru untuk menganalisis dan menginterpretasikannya, secara bersama-sama, menanyakan kembali perasaan guru tentang hasil analisis dan interpretasinya, menanyakan perasaan guru tentang melihat keinginan yang sebenarnya dicapai, menyimpulkan hasil dengan melihat keinginan yang sebenarnya dicapai
· menentukan bersama rencana mengajar yang akan datang baik berupa dorongan untuk meningkatkan hal-hal yang belum dikuasai pada tahap sebelumnya (proses belajar mengajar yang telah dilakukan) maupun ketrampilan-ketrampilan yang perlu disempurnakan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas bisa kami simpulkan beberapa kesimpulan, Supervisi merupakan bantuan dalam wujud layanan profesional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli dalam rangka peningkatan kemampuan profesional, terutama dalam proses belajar mengajar. Adapun tujuan supervisi adalah terbaikinya proses belajar mengajar, yang didalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan, dan arahan. Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan. Prosedur supervisi juga dapat dilaksanakan dengan proses yaitu pertemuan pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan. Pelaksanaannya supervisi pengajaran berkembang melalui pendekatan-pendekatan yang memiliki pijakan ilmu tertentu. Pendekatan yang dimaksud yaitu ilmiah, artistik, dan klinik serta pendekatan yang bertitik tolak pada psikologi belajar, yaitu psikologi humanistik, kognitif, dan behavioral.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Drs. Piet A.Sahertian, konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2008)
Adams,HF, dan dickey FG, basic principle of supervision, new York : American book company, 1959
John Thomas Lovell, Kimball Wiles, supervision for better schools,prentice-hall,1983
Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty, Kepemimpinan dan supervisi pendidikan, Jakarta : bina aksara ,cet 2 1988.
http://yulianti200784.blogspot.com/2009/06/teknik-dan-pendekatan-supervisi.html
http://borneoneo.wordpress.com/2008/09/16/tujuan-dan-fungsi-supervisi/
http://tikky-suwantikno.blogspot.com/2008/02/supervisi-pendidikan.html
http://imamgun08.blogspot.com/2009/02/tinjauan-kegunaan-supervisi-pendidikan.html
[1] Prof.Drs. Piet A.Sahertian, konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2008), hal. 16
[2] Adams,HF, dan dickey FG, basic principle of supervision, new York : American book company, 1959, hal 2
[3] John Thomas Lovell, Kimball Wiles, supervision for better schools,prentice-hall,1983, hal 19
[4] Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty, Kepemimpinan dan supervisi pendidikan, Jakarta : bina aksara ,cet 2 1988, hal. 15
[5] Prof.Drs. Piet A.Sahertian, konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2008), hal. 19-21
[6] Prof.Drs. Piet A.Sahertian, konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2008), hal. 44-52
[7] http://yulianti200784.blogspot.com/2009/06/teknik-dan-pendekatan-supervisi.html, 17 oct 2013, 12:09 wita
[8] Prof.Drs. Piet A.Sahertian, konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2008), hal. 130